SEMEN REMBANG BERPOTENSI PERKUAT EKONOMI NEGARA

PT Semen Indonesia di Rembang (Semen Rembang), Jawa Tengah, dinilai memenuhi syarat guna mendukung peningkatan kemampuan daya beli nasional sesuai visi misi ekonomi Nawa Cita Presiden Joko Widodo.

“Proyek infrastruktur sudah masif dilakukan, banyak kota dan daerah sibuk dengan eksekusi proyek infrastruktur. Namun, daya ungkit ekonomi belum terlihat,” kata Direktur Koalisi Rakyat Indonesia Reformis Effnu Subiyanto, Jumat (15/9).
Setelah pertumbuhan ekonomi mencapai 5,01 persen pada semester pertama 2017, Indonesia masih mengalami kondisi daya beli yang lemah.

Karena itu, Effnu menyayangkan penolakan terhadap Semen Rembang.
Padahal, Semen Rembang dianggap merupakan pendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Effnu mengungkapkan, jika dikaji terperinci, banyak keanehan argumentasi penolakan terhadap Semen Rembang.
Soal hukum, kata Effnu, PTUN Semarang menyatakan bahwa izin lingkungan terbaru Semen Rembang sesuai SK Gubernur Jawa Tengah Nomor 660.1/4 Tahun 2017 adalah produk tata usaha negara.
Hal lainnya menyangkut status Pegunungan Kendeng yang bukan bagian zona Rembang sebagai areal penambangan pabrik semen.

Pegunungan Kendeng justru membentang dari Grobogan, Jawa Tengah menuju Jombang, Jawa Timur.

“Begitu juga Perda Provinsi Jawa Tengah Nomor 6/2010 dan Perda Kabupaten Rembang Nomor 14/2011 tentang RTRW menyebutkan bahwa lima daerah yang kini menjadi operasional Semen Rembang bukan lahan konservasi,” imbuh Effnu.
Sebaliknya, ucap Effnu, para penolak Semen Rembang justru telah mengakui bahwa lahan seluas 250 hektare telah ditambang pihak perusahaan swasta mulai 2000.
Effnu mengatakan, Semen Rembang tidak sebagai bagian pelaku penambangan yang masif sejak 17 tahun silam tersebut.
Soal lain yang disoroti Effnu adalah munculnya Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) Kendeng akibat polemik Semen Rembang guna mengkaji kelayakan daya tampung alam sebagai lokasi penambangan.
“Tim KLHS Kendeng harus berhati-hati memberikan rekomendasi. Penggalian data dan informasi kedua belah pihak harus ekual dan berimbang. Anggota panelis harus benar-benar kredibel, independen, berpikir jernih, tidak mudah diintervensi,” ujar Effnu.

Effnu mengimbau, jangan sampai Kementerian LHK dan KSP yang menginisiasi KLHS Kendeng ternyata menghambat masuknya investasi sebagai pendorong peningkatan ekonomi negara.

“KLHK harus belajar bahwa Permen LHK Nomor 17/2017 tentang PHTI kini jadi sorotan karena menghambat investasi,” kata Effnu.

Sementara itu, anggota Komisi VI DPR Abdul Wachid mengemukakan, keberadaan Semen Rembang amat penting untuk berkompetisi dengan industri sejenis di Pulau Jawa.
Wachid mengatakan, mayoritas masyarakat hingga kini masih memilih produksi semen industri BUMN dibandingkan swasta maupun asing.

Menurut Wahid, hal itu membuktikan perlunya dukungan untuk kualitas produksi PT Semen Indonesia.

 

LAGI SEMEN INDONESIA RAIH PENGHARGAAN SEBAGAI PERUSAHAAN PELESTARI LINGKUNGAN

Kamis, 8 Juni 2017 14:47

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – PT Semen Indonesia (Persero) Tbk mendapat penghargaan dari yayasan Sri Kehati dalam acara Sri Kehati Award 2017 yang digelar di Ballroom C, Hotel Shangri-La Jakarta, Rabu (7/6/2017) kemarin.

Semen Indonesia menerima Awarding Sri Kehati Appreciation 2017 sebagai salah satu Emiten terbaik yang berkomitmen kepada pelestarian lingkungan dan pembangunan yang berkelanjutan.

Penghargaan diserahkan oleh Ismid Hadad selaku pimpinan Yayasan Sri Kehati kepada Johan Samudera, selaku Direktur Produksi dan Strategi Bisnis Semen Indonesia.

Johan Samudera mengatakan, Semen Indonesia mendapatkan apresiasi penghargaan karena Semen Indonesia memang sangat berkomitmen kuat dalam pemeliharaan lingkungan dalam setiap kegiatan operasional pembangunannya.

Perseroan selalu mengutamakan kinerja lingkungan dan pengembangan masyarakat (community development), serta tata kelola perusahaan (corporate governance), perilaku bisnis dan prinsip ketenagakerjaan dalam kegiatan operasional Perseroan.

“Kami selalu menerapkan Prinsip Triple Bottom Line yang meliputi Planet, Profit serta People dalam operasional perusahaan sebagai strategi bisnis berkelanjutan. Jadi Perseroan tidak hanya mengedepankan keuntungan, tetapi juga pelestarian lingkungan dan pengembangan masyarakat,” kata Johan, dalam rilisnya, Kamis (8/6/2017).

Hal ini terlihat dari beberapa hasil pemanfaatan lingkungan oleh Perseroan seperti pengelolaan air, Semen Indonesia telah lama memanfaatkan area bekas tambang tanah liat yang telah direklamasi menjadi embung dan digunakan sebagai sumber air untuk pertanian di Tuban.

Upaya ini dapat menambah cadangan air yang mampu meningkatkan produktivitas petani di sekitar Pabrik. Area bekas tambang tanah liat saat ini sekitar 122,7 hektar yang tersebar di beberapa tempat mampu menampung air hujan sebanyak 4,6 juta m3 air yang mampu mengairi sawah seluas 133,5 ha sepanjang tahun, sehingga petani dapat panen padi tiga kali lipat dalam setahun.

Adapun pemanfaatan area bekas tambang kapur dilakukan penghijauan dengan menanam pohon pelindung dan tanaman produktif serta tanaman buah.

“Masyarakat sekitar pabrik juga dilibatkan dalam penanaman berbagai jenis tanaman pangan seperti jagung, kacang tanah dan sebagainya, serta terus dilakukan pembinaan untuk dapat bekerjasama dengan Dinas Pertanian setempat. Kelompok masyarakat ini disebut sebagai petani green belt,” imbuhnya.

Disamping pemanfaatan pengelolaan air melalui embung, Perseroan juga memiliki program penyelamatan lingkungan dengan memanfaatkan sampah perkotaan menjadi bahan bakar alternatif melalui proyek Refuse Drived Fuel (RDF) atau program Waste to Zero.

Semen Indonesia melaksanakan program Waste to Zero di lokasi Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Ngipik, Kabupaten Gresik. Dalam setiap harinya, tempat pengolahan sampah mampu mengolah 650 m3 sampah atau 217 ton per harinya, sehingga secara langsung juga memberikan kontribusi pengurangan sampah perkotaan yang dihasilkan oleh Kabupaten Gresik sendiri.

Olahan sampah yang dihasilkan nantinya akan menjadi padatan yang dapat dimanfaatkan kembali sebagai tanah urug, sampah organik yang diolah menjadi kompos serta cacahan plastik dan bahan yang bisa dibakar sebagai campuran bahan bakar biomass untuk pabrik di Tuban.

Selain kegiatan yang telah disebutkan, Semen Indonesia juga telah membangun pembangkit listrik dengan memanfaatkan panas gas buang atau yang lebih dikenal dengan WHRPG (Waste Heat Recovery Power Generation) yang berlokasi di PT Semen Padang sebesar 8 MW yang akan berkontribusi pada pengurangan emisi CO2 sebesar 43.000 ton/tahun, serta di pabrik Tuban yang masih dalam proses pembangunan dan sebesar 30,6 MW yang akan mengurangi emisi CO2 sebesar 122.000 ton/tahun.

“Dengan diterapkannya Green Industry Concept pada seluruh lini, mulai dari penambangan, produksi, hingga pengelolaan area bekas tambang, maka tidak berlebihan jika Semen Indonesia Group dengan merk Semen Gresik, Semen Padang serta Semen Tonasa dikatakan produk yang ramah lingkungan,” tandas Johan. (*)

Tribunnews.com

DJUNI THAMRIN PH.D SEBUT KASUS PENOLAKAN SEMEN REMBANG PERNAH DIPREDIKSI BUNG KARNO

“Saat ini persaingan modal asing dalam upaya ingin menguasai sumberdaya semen sudah bekerja melalui kelompok lokal yang sangat masif”

Jakarta – Sejalan dengan pesan Bung Karno, Presiden pertama RI saat meresmikan pabrik semen Gresik pada Agustus 1957, beliau menyatakan bahwa bangsa Indonesia harus menjaga dan mengembangkan pabrik semen Gresik sebagai alat perjuangan di masa mendatang. Karena bentuk penjajahan dimasa depan adalah penjajahan ekonomi.

Demikian disampaikan pengamat pembangunan, Juni Thamrin pada saat acara seminar bersama mahasiswa Semarang di Universitas Muhammadiyah Semarang.

Thamrin sapaan akrabnya itu juga merasa sangat prihatin mengapa objek vital milik negara seperti Pabrik Semen Indonesia di Kabupaten Rembang itu dikeroyok.

“Bahkan untuk diaborsi oleh sekelompok masyarakat? Semua keberatan mereka sudah dipenuhi secara proporsional dan professional? Semua argumentasi lingkungan yang mereka kemukakan telah disediakan mitigasinya? Apakah ini berarti antisipasi bung Karno terbukti?,” ujar Pengajar beberapa kampus itu.

Ia menilai, saat ini persaingan modal asing dalam upaya ingin menguasai sumberdaya semen sudah bekerja melalui kelompok lokal yang sangat masif.

“Saya bukan bela PT.Semen Indonesia, tetapi sebagai pembayar pajak, saya sangat terganggu dengan cara orang Indonesia sendiri yang sangat berkeinginan membunuh objek vital ekonomi negara,” ia menjelaskan.

Karena bagi Thamrin, kalau argumen lingkungan yang digunakan, seharusnya mereka juga mempersoalkan semua pabrik semen yang sudah beroperasi di Indonesia.

“Termasuk pabrik milik asing Dan swasta? Mengapa mereka tidak terus mempersoalkan kerusakan di Sidoarjo yang sudah jelas dampak kerusakan lingkungan? Mengapa hanya BUMN semen Indonesia di Rembang? Padahal BUMN ini belum berproduksi?” Ia kembali bertanya.

Sehingga diskresi yang dilakukan Ganjar, lanjut Thamrin, adalah langkah yang tepat dan strategis di waktu yang tepat pula.

“Secara konsep tindakan Ganjar bukan diskresi kebijakan. Tapi kebijakan umum yang harus diambil untuk melindungi dan menjaga objek vital negara. Wong alat vital saja dijaga baik-baik,” pungkasnya.

SEMEN INDONESIA TEKEN MOU PENGEMBANGAN VOKASI INDUSTRI DENGAN 6 SMK DI REMBANG, DI HARAPKAN AKAN LEBIH BANYAK LULUSAN YANG SIAP KERJA.

TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG – Dalam rangka pembinaan dan pengembangan SMK berbasis kompetensi yang link dan match dengan industri, PT Semen Gresik menandatangani perjanjian kerjasama dengan enam Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) binaan yang ada di Rembang.

Penandatangan MoU oleh Direktur Utama Semen Gresik Sunardi Prionomurti, disaksikan langsung oleh Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Kantor PT Apac Inti Corpora, Jalan Soekarno Hatta KM 32, Bawen, Kabupaten Semarang, Jumat (20/4/2017).

Enam sekolah yang melakukan kerjasama pendidikan vokasi industri adalah SMKN 1 Rembang, SMKN 1 Gunem, SMK Annuriyah Sulang, SMK NU Lasem, SMK Muhammadiyah Rembang dan SMK NU Pamotan.
Program ini merupakan tindaklanjut dari Instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2016 tentang Revitalisasi Sekolah Menengah Kejuruan dalam rangka peningkatan kualitas dan daya saing SDM Indonesia dan Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 03/M-IND/PER/1/2017 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengembangan SMK berbasis SMK berbasis kompetensi yang bersifat link and match dengan industri.

Direktur Utama Semen Gresik, Sunardi Prionomurti mengatakan, kerjasama ini adalah bentuk komitmen PT Semen Indonesia dan seluruh anak usahanya termasuk PT Semen Gresik terhadap pengembangan pendidikan bagi warga sekitar lokasi pabrik atau perusahaan dalam rangka menghasilkan lulusan yang kompeten sesuai dengan kebutuhan industri.
Dalam program ini perusahaan akan menyediakan fasilitas workshop, penyelarasan kurikulum, pembimbing hingga ujian sertifikasi.

“Ini sejalan dengan program perusahaan, karena sebelumnya perusahaan sudah menjalankannya melalui program serupa di tahun 1987 dengan nama Program Lolapil (Pengelolaan Keterampilan) dengan harapan dapat melahirkan lulusan-lulusan SMK yang berkualitas sesuai dengan kebutuhan industri,” katanya usai penandatanganan.

Hal ini selaras dengan program pemagangan yang sudah dijalankan perusahaan bagi pelajar dan mahasiswa secara simultan. Hanya saja, program Vokasi industri ini lebih tersistem dan terstruktur dengan kurikulum yang jelas.

“Dan yang terpenting, siswa usai melaksanakan program ini akan mendapatkan sertikat sebagai hasil dari uji kompetensi sesuai dengan jurusan studinya,” jelasnya.

Acara peluncuran program pendidikan vokasi untuk membangun link and match ini dilakukan oleh 375 SMK dengan 115 perusahaan industri yang ada di provinsi Jawa Tengah.

Ia menambahkan, sebelumnya Semen Gresik juga telah menandatangani perjanjian kerjasama program pendidikan vokasi industri dengan 9 SMK di Kabupaten Gresik dan Kabupaten Tuban pada Februari 2017 lalu. (*)

Tribunnews.com

Image may contain: 7 people, people smiling, people standing and text

BERHASIL KELOLA LINGKUNGAN, SEMEN INDONESIA DIGANJAR 6 PENGHARGAAN DALAM INDONESIA GREEN AWARDS 2017

Image may contain: one or more people, outdoor, text and nature

Reporter : Saugy Riyandi

Merdeka.com – Komitmen PT Semen Indonesia (Persero) Tbk dalam mengoperasikan pabrik semen yang peduli terhadap lingkungan mendapat apresiasi dari La tofi School of CSR. Dalam ajang Indonesia Green Awards 2017 Semen Indonesia menerima 6 penghargaan, sekaligus mendapatkan penghargaan The Best Indonesian Green Awards (IGA) 2017.

Direktur Produksi dan Strategi Bisnis Semen Indonesia, Johan Samudra mengatakan Semen Indonesia mendapatkan The Best IGA 2017 karena memenangkan 5 (lima) kategori sekaligus yaitu penyelamatan sumber daya air, menghemat energi dan penggunaan energi baru dan terbarukan, mengembangkan keanekaragaman hayati, mempelopori pencegahan polusi serta mengembangkan pengelolaan sampah terpadu.

Kinerja Semen Indonesia yang membuahkan penghargaan tersebut antara lain penyelamatan sumber daya air melalui pengelolaan air blowdown clarifier menjadi air proses siap pakai di Semen Gresik Pabrik Tuban.

“Selain dipakai untuk kebutuhan water spray, hydrant, pendingin mesin dan sanitasi di Pabrik Tuban, Air ini juga dimanfaatkan oleh warga untuk kebutuhan air bersih sehari hari. Air bersih yang didistribusikan ke warga sekitar berasal dari Elevated/tandon penampungan air,” ujar Johan dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (3/5).

Johan Samudra menambahkan pengembangan keanekaragaman hayati juga menjadi aspek penting perusahaan. Semen Indonesia telah menangkarkan Rusa Jawa, hewan yang dilindungi menurut undang-undang. Konservasi ini dilakukan di kawasan Pabrik Tuban bekerja sama dengan BKSDA Bojonegoro, Yayasan Mangrove Center Tuban dan Komunitas Sahabat Alam.

Nantinya, rusa tersebut akan dikembalikan lagi ke alam liar sebagai salah satu penunjang rantai makanan dalam ekosistem.

Perusahaan juga mampu menghemat energi dan penggunaan energi baru terbarukan melalui pemanfaatan biomass sebagai bahanbakar alternatif.

“Program pemanfaatan biomass sebagai bahan bakar alternatif yang dilakukan di Pabrik Semen Tonasa merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan dalam mengurangi emisi gas rumah kaca dan mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, tegasnya.

Selain itu, Semen Tonasa juga mempelopori pencegahan polusi melalui optimalisasi Penangkap debu di Raw Mill dengan memodifikasi peralatan, peningkatan kontrol pengendali operasi serta pemeliharaan berkala terhadap peralatan.

“Di Semen Padang, perseroan juga mengembangkan pembuatan hutan nagari berbasis masyarakat, dimana untuk memberdayakan masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan dilakukan pembuatan hutan model. Program ini dilakukan di tiga kelurahan yakni Batu Gadang, Limau Manis Selatan dan Lambung Bukit dengan luasan mencapai 16,5 Ha dengan total bibit pohon yang ditanam sebanyak 3.300 pohon,” jelasnya.

Proyek Waste Heat Recovery Power Generation (WHRPG) yaitu pemanfaatan gas buang pabrik menjadi listrik di Pabrik Semen Padang menghasilkan daya listrik sebesar 8,5 MW. Saat ini Semen padang juga mengembangkan pengolahan sampah terpadu yang dilakukan melalui pengurangan sampah di TPA kota Padang dengan cara pengomposan sampah organik, pembuatan bank sampah, dan pemanfaatan sampah sebagai bahan bakar alternatif.

“Penghargaan kali ini sekaligus menjadikan motivasi untuk terus melakukan terobosan dalam mengelola perusahaan. Kami menyadari bahwa alam sangat penting untuk menjaga keseimbangan. Oleh karena itu, berbagai macam inovasi terus kami lakukan untuk mencapai kinerja lingkungan yang optimal,” pungkasnya.

Merdeka.com

Image may contain: sky and outdoor

KAJIAN KERUGIAN JIKA PABRIK SEMEN REMBANG DITUTUP

No automatic alt text available.

MENUTUP pabrik semen Rembang, adalah sebuah kekeliruan besar. Tidak hanya banyak, tetapi sangat banyak kerugian jika pabrik itu ditutup berdasar hasil kajian objektif. Kajian dilakukan oleh elemen-elemen masyararakat bersama Prof Hermawan Sulistyo, MA, Phd (ahli peneliti utama LIPI).

Adapun elemen masyarakat yang terlibat dalam pengkajian itu adalah, warga Rembang (Jawa Tengah) danTuban (Jawa Timur). Selain itu, AMAR (Aliansi Masyarakat Rembang), Laskar Brotoseno, Serikat Buruh, Serikat Petani Tembakau, Republik Damai Jawa Tengah. Elemen lain, AMPERA (Aliansi Mahasiswa dan Pemuda Peduli Rakyat) Jawa Tengah, serta Rumah Kemaslahatan Indonesia dan Suryo Mojopahit.

Tercatat ada 15 (limabelas) kerugian jika pabrik semen Rembang ditutup. Berikut rincian hasil kajian tersebut.

1.Hilangnya peluang dan kesempatan penduduk Rembang untuk hidup lebih sejahtera. Ratusan tahun mereka tidak memiliki posisi tawar menghadapi dunia luar sehingga kawasan Semen Rembang termasuk daerah termiskin di Rembang, sementara Rembang sendiri merupakan kabupaten termiskin ke-4 di Jawa Tengah, dengan jumlah lebih 119 ribu jiwa (angka BPS 2015).

2.Hilangnya kesempatan kerja bagi 350 tenaga berkeahlian (skilled workers); 6.075 (tenaga kerja masa proyek: tim proyek, tim support, kontraktor); dan 1.698 tenaga selama operasional (Organik, Anak Perusahaan, Mitra Kerja, Mitra Binaan, Pemberdayaan Warga). Jumlahnya sangat besar. Mereka adalah tenaga kerja di pertambangan, jalur mata rantai distribusi, sektor pndukung seperti catering dan warung-warung, kos-kosan, jasa ojek, koperasi dan lain-lain.

3.Lahan gamping muda (lime stone) tidak bisa ditanami. Saat gamping itu dimanfaatkan dan bekasnya direklamasi, lahan akan jauh lebih subur. Reklamasi ini bisa dilihat di pabrik Semen Tuban. Jadi kalau pabrik Semen Rembang dihentikan, maka untuk selamanya warga tidak akan pernah memiliki lahan pertanian yang subur.

4.Hilangnya kesempatan untuk berdirinya perguruan tinggi vokasional, Akademi Komunitas Semen Indonesia(AKSI) dengan kapasitas mahasiswa AKSI per angkatan: 90 mahasiswa. Pemuda setempat akan kehilangan kesempatan dilatih menjadi tenaga kerja berkeahlian. Mereka akan ditampung di pabrik Semen Rembang, dan bahkan bisa merintis karier di pabik semen Tuban atau malah ke luar Jawa. Atau ke luar negeri karena PT Semen Indonesia memiliki semen Than Long di Vietnam. Kalau pabrik Rembang diberhentikan. Semua mimpi di depan mata itu kembali jadi mimpi yang jauh.

5.Hilangnya peluang masyarakat untuk memiliki rumah yang layak. Pada 22 Februari – 21 Mei 2016, lokasi: Ds. Kadiwono, Ds. Timbrangan, Ds. Pasucen, Ds. Kajar, dan Ds. Tegaldowo, bedah rumah 30 unit dengan biaya Rp.1.139.000.000,-. Mulai 2017 CSR sudah memulai program bedah rumah 30 rumah per tahun. Rumah-rumah penduduk yang paling miskin satu demi satu sudah dan akan terus direnovasi dan diperbaiki sehingga menjadi layak huni.

6.Hilangnya kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih layak bagi anak-anak warga setempat. Program CSR sudah memulai program beasiswa berprestasi bagi 169 pelajar yang terdiri dari: 92 pelajar tingkat SD/MI, 38 pelajar SMP/MTs, serta 39 pelajar SMA/MA, dengan total anggarkan Rp180 juta. Kegiatan ini dilakukan secara rutin setiap tahun dan telah berjalan tiga tahun.

7.Hilangnya peluang usaha kemitraan di Kab Rembang. Hingga akhir 2016 pihak Semen Indonesia telah menggandeng 523 mitra binaan, yang melibatkan 800 tenaga kerja, dengan dana yang digulirkan mencapai Rp.11M.

8.Hilangnya kesempatan untuk memperoleh air bersih. Program CSR telah berhasil memompa air di sumur yang terletak di Desa Kajar dan Desa Pasucen Kec Gunem. PT Semen Indonesia mengucurkan dana hingga Rp670 juta untuk membangun infrastruktur air bersih, untuk membangun pipanisasi sepanjang 1 kilometer dan sarana air bersih yang dialirkan ke tandon berkapasitas 8.200 liter dalam 2 titik yaitu, Masjid dusun Wuni Desa Kajar dan dekat sumber mata air Desa Waru. Perusahaan juga memberikan bantuan pipanisasi dan tandon air 5.100 liter di Desa Pasucen. Rencana pipanisasi untuk menjangkau wilayah yang lebih luas menjadi angan-angan saja jika pabrik berhenti beroperasi. Sebelumnya, untuk memenuhi kebutuhan air bersih, masyarakat harus membeli Rp5.000 per jerigen.

9.Lenyapnya uang negara (uang rakyat!) sebesar 5 (lima!) triliun, yaitu nilai investasi pabrik Semen Rembang.

10.Kerugian negara sebagai akibat lebih lanjut dari hilangnya uang yang diinvestasikan untuk pabrik Rembang. PT Semen Indonesia adalah BUMN nasional yang merupakan perusahaan terbuka (Tbk), sehingga sebagian sahamnya dimiliki masyarakat. Penutupan pabrik Rembang berakibat pada hancurnya harga saham dalam skala yang sulit diukur.

11.Pada saat ini memang tersedia stok cadangan semen nasional sebesar 30 juta ton. Tetapi semuanya milik perusahaan semen asing. Penghentian produksi Semen Rembang sama saja dengan membantu pemasaran semen asing. Tiga puluh juta ton semen itu akan habis dalam jangka waktu 5-15 tahun, dan semen asing praktis tidak memiliki competitor nasional.

12.PT Semen Indonesia adalah BUMN. Artinya, milik rakyat. Arti lebih jauh, menjadi benteng terdepan dalan menghadapi gempuran semen asing. Ini sangat penting, karena program kemandirian dan kedaulatan bangsa, menjadi terganggu.

13.Kontribusi pada pajak dan pendapatan daerah menjadi hilang, dari potensi pendapatan perusahaan sebesar Rp.2,1T per tahun. Dihitung berdasarkan harga semen Rp.700 ribu per ton dikali kapasitas produksi 3 juta ton per tahun.

14.Semua bangsa di dunia ini membutuhkan semen. Terlebih lagi bangsa yang sedang membangun seperti Indonesia. Kita membutuhkan semen untuk membangun infrastruktur: jembatan; jalan raya dan penataan tebing-tebing supaya tidak longsor; dll.

15.Mahasiswa yang saat ini masih kuliah akan lulus hingga 5 tahun mendatang. Dalam jangka waktu 5-10 tahun mendatang mereka akan lulus, menikah dan memulai keluarga baru. Pada saat itu mereka harus memiliki atau membangun rumah. Pada saat itu pula harga semen akan sangat mahal karena harus mengimpor semen dari luar atau menggunakan semen domestik tetapi dengan harga melangit karena pasar telah dikuasai asing.

Barangkali Anda bisa memanjangkan sendiri deret kerugian di atas menjadi lebih panjang. Semoga pemerintahan Presiden Jokowi tidak menggadaikan kepentingan negara kepada asing. ***

oleh: ROSO DARAS

JAYAKARTANEWS

Image may contain: outdoor

SEMEN INDONESIA BIDIK PENINGKATAN KESEJAHTERAAN RAKYAT REMBANG, JMPPK MERUSAKNYA

Salah satu program Program Pembangunan adalah menurunkan angka kemiskinan di Tanah Air hingga 9-10 persen (sumber: liputan6.com). Upaya mencapai target tersebut diterapkan melalui pemberdayaan dan perlindungan sosial, di antaranya mengubah pola pikir masyarakat miskin menjadi produktif, mandiri, dan bermartabat.

Selain itu juga mengaitkan program sosial yang mendorong masyarakat miskin peduli dengan kesehatan serta pendidikan.

Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, adalah satu contoh daerah yang masih dalam garis kemiskinan. Data BPS Jawa Tengah sampai tahun 2015 mencatat, Rembang menjadi lima besar kabupaten termiskin di Jawa Tengah setelah Wonosobo, Kebumen, Brebes dan Purbalingga.

Itu tingkat lokal. Secara nasional, kemiskinan Rembang terpaut jauh dibandingkan skala nasional yang berada di angka 11,22 persen tahun 2015. Sementara Kabupaten Rembang di angka 19,28 persen (sumber: BPS).

Berdasarkan data itu menunjukkan Rembang dalam 10 tahun terakhir tidak pernah beranjak di bawah 15 persen kemiskinannya. Padahal angka kemiskinan nasional ada dia angka 10 persen.

Namun, Rembang bukan hanya diketahui secara data sebagai daerah miskin di Jawa Tengah dan level nasional. Rembang juga beberapa waktu terakhir ini dikenal karena adanya polemik kehadiran industri semen milik negara alias BUMN: PT Semen Indonesia Tbk (SI).

Jadi polemik karena ditolak segelintir orang atas nama JMPPK dengan bemacam dalih seperti merusak lingkungan dan lahan pertanian. Padahal SI sudah menyampaikan penjelasan tentang konsep industrinya yang ramah lingkungan, merawat alam, mendukung pertanian dan menghargai kemanusiaan.

Pengentasan kemiskinan yang dilakukan SI di Rembang tidak bisa berdiri sendiri. Ada program penyokong lainnya seperti pemenuhan kebutuhan air untuk mendukung usaha tani warga yang tidak sekadar mengandalkan air hujan. Kedua, pemberdayaan warga 329 orang di area terdampak dan jumlahnya diperkirakan bisa bertambah dari tahun ke tahun. Lalu ketiga, pelatihan kewirausahaan dan membuka lapangan pekerjaan yang mampu menyerap 2.267 orang bagi warga Rembang (sumber: Summary Proyek Semen Rembang).

Memajukan pembangunan manusia Rembang untuk semakin sejahtera lewat pendidikan juga bagian dari fokus SI. Awal Mei lalu, bertepatan dengan Hari Pendidikan Nasional, SI resmi membuka sekolah Akademi Komunitas Semen Indonesia (AKSI).

Target SI, angka kemiskinan di Rembang bisa ditekan sampai dibawah 10 persen. Dana CSR yang digelontorkan SI di Rembang sebagai program bina lingkungan dan masyarakat mencapai Rp 35 miliar (sumber: Summary Proyek Semen Rembang) dapat menjadi bukti awal bahwa SI di Rembang tidak cuma menambang, tapi menanam kemajuan warga Rembang.

JMPPK terus menyuarakan penolakan terhadap SI. Namun belum ada yang dilakukan untuk membangun dampak positif terhadap Rembang dan warganya. JMPPK tak peduli pada masalah besar di Rembang, soal kemiskinan yang melekat.

KEBUTUHAN PASOKAN SEMEN MASA DEPAN AKAN TERUS MENINGKAT

Direktur Industri Kimia, Tekstil, dan Aneka Kementerian Perindustrian RI (Dirjen IKTA Kemenperin), Achmad Sigit Diwiwahjono, memprediksi kebutuhan pasokan semen masa depan akan terus meningkat.

Meski industri semen masih akan melanjutkan tren kelebihan suplai karena daya beli masyarakat melesu, namun hal tersebut hanyalah imbas dari pelemahan ekonomi tahun lalu. Menurut Sigit, pada dasarnya, permintaan semen saat ini sedang turun karena penurunan pertumbuhan ekonomi.

Kebutuhan pasokan semen pada masa depan akan meningkat, mengingat Indonesia saat ini sedang menjalankan program pembangunan besar-besaran. Permintaan semen akan meningkat seiring perbaikan ekonomi. Sigit yakin, kalau daya belinya bagus, nanti permintaannya akan tumbuh lagi. Di sisi lain, Kemenperin juga tak pernah setuju dengan usulan moratorium investasi semen dari instansi lainnya, seperti yang terjadi pada PT Semen Indonesia di Rembang, Jawa Tengah.

SEMEN DAN KEMISKINAN DI REMBANG

Rembang, kabupaten berpenduduk 600 ribu jiwa di ujung timur Pulau Jawa, ternyata salah satu kantong kemiskinan di Jawa Tengah dan Indonesia.

Angka kemiskinan di Rembang mencapai 19,5 persen. Lebih tinggi dari angka kemiskinan Jateng 13,5 persen dan 10,96 persen. Kemiskinannya tertinggi di wilayah Pati Raya (Rembang, Blora, Grobogan, Pati, dan Jepara).

Angka di atas memang miris. Maklum, Rembang dikenal sebagai salah satu penghasil garam terbesar di Jawa Tengah. Bahkan masuk 10 besar di Indonesia. Namun, ekonomi garam belum berhasil membebaskan warga Rembang dari kemiskinan.

Di Rembang, tempat Kartini menghabiskan hari-hari terakhirnya dan di makamkan, angka pernikahan dini cukup tinggi. Salah satu penyebabnya adalah kemiskinan. Ya, miris memang.

Tahun 2011, mulai tersiar kabar rencana PT Semen Indonesia (SI) membangun pabrik di Rembang. Setahun kemudian, SI mendapat ijin lingkungan dari Gubernur Jateng. Tahun 2014, groundbreaking pembangunan pabrik pun dilakukan.

Kehadiran Semen Indonesia memercikkan harapan. Disamping penyerapan tenaga kerja, kehadiran SI juga bisa menciptakan multiplier effect bagi ekonomi masyarakat sekitar. Warung makan/kantin, kost-kostan, jasa laundry, dan usaha ikutan lainnya ikut berdiri.

Semen Indonesia sendiri berkomitmen terhadap pengentasan kemiskinan, terutama di desa-desa dekat lokasi pabriknya. Apalagi, desa-desa yang mengitari lokasi tambang SI memang kantong-kantong kemiskinan. Jumlah keluarga prasejahtera dan keluarga sejahtera (KS) I rata-rata 70-80 persen.

Untuk penyerapan tenaga kerja, Semen Indonesia berpotensi menyerap 2.267 orang, meliputi pekerja organik, anak perusahaan, mitra kerja, mitra binaan, dan tenaga pemberdayaan.

Disamping itu, untuk pengentasan kemiskinan, Semen Indonesia punya 515 UMKM mitra binaan di Rembang. SI juga berkomitmen untuk pemenuhan kebutuhan air bersih warga sekitar melalui pipanisasi (Kajar dan Pasucen) dan sumur bor (Timbarangan, Tegoldowo, Kadiwono, dan Ngampel).

Semen Indonesia juga membangun sejumlah cekungan penampungan air (embung) di Tegaldowo. Dua lagi akan dibangun di Maguan dan Kumendung. Embung ini akan berguna untuk pengairan pertanian di musim kering, penangkal banjir, hingga wahana rekreasi.

Sayang sekali, potensi Semen Indonesia memajukan ekonomi Rembang kini bisa terancam hilang. Sekarang ini, rencana operasi tambang SI ditolak oleh segelintir orang yang mengatasnamakan Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK).

Mereka mencoba mempengaruhi negara untuk menggagalkan peresmian pabrik Semen Indonesia oleh Presiden Joko Widodo. Dan jika rencana mereka berhasil, bukan hanya bangsa ini yang kehilangan uang triliunan dan potensi pengembambangan BUMN-nya, tetapi rakyat Rembang juga kehilangan salah satu potensinya untuk memajukan ekonominya.

Oleh Bagaskara Wicaksono

KOMNAS HAM SALAH BESAR DALAM KASUS SEMEN REMBANG

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM) beberapa waktu lalu mengirimi surat ke Presiden Joko Widodo sebagai bentuk permintaan agar pabrik semen di Rembang ditutup. Namun, sepertinya Komnas HAM keliru besar. Tindakannya tersebut dinilai salah sasaran mencampuri polemik PT Semen Indonesia di Rembang.

Hal tersebut sampaikan oleh Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar, Bowo Sidik Pangarso. Ia merasa heran dengan sikap Komnas HAM yang justru tidak melihat dan memahami bahwa mayoritas warga Rembang amat setuju dengan keberadaan pabrik semen. Menurut Bowo, keberadaan pabrik semen Rembang justru membantu meningkatkan perekonomian warga Rembang, lantaran mayoritas warga Rembang mendukung keberadaan pabrik tersebut.

Sebaiknya Komnas HAM memahami masalah terkait dukung dan tolak soal Semen Rembang. Komnas HAM juga harus meneliti lebih jauh apakah memang betul yang menolak Semen Rembang murni semuanya warga setempat atau disusupi orang luar. Mengingat, di balik polemik semen Rembang, ada sebuah persaingan bisnis yang mengerikan.